Jumat, 09 Oktober 2015

Taekwondo dan nasionalisme



Ketika saya bilang sangat bangga pada seni olahraga beladiri dari korea, apakah saya disebut tidak nasionalis? Ketika saya lebih memilih taekwondo dibanding silat, apakah saya tidak nasionalis? Saat aku lebih mementingkan taekwondo dan terhibur saat menontonnya daripada menonton beladiri kebudayaan negara sendiri, apakah saya akan dicap tidak nasionalis? Tentunya saya tidak butuh cap, ketika semua pertanyaan itu hinggap dipikiran saya beberapa kali, saya hanya bisa jawab dengan tidak menjawab, tidak ada jawaban yang salah dan benar dan tidak berhak untuk menilai seseorang karena pilihannya atau pendapatnya tidak sesuai bahkan bertentangan, NO. Jika butuh alasan yang kuat, maka saya akan menjelaskan dengan tindakan namun perkataan dirasa perlu. Saya melihat TNI berlatih beladiri asal korea, karena beladiri korea dipakai di militer berbagai negara, saya melihat silat tidak populer seperti taekwondo yang mempopulerkan secara bersungguh-sungguh dengan pemerintahnya membuat kukkiwon lalu membuat taekwondo sangat maju dan ada dalam olimpiade, ada di hampir semua negara, dan pemegang sabuk hitam yang sudah berjuta-juta, dari anak-anak hingga kakek tua. Saya pernah melihat presiden kukkiwon yang mengatakan pada saat itu bahwa “Taekwondo adalah persembahan Korea untuk dunia”. Dan kita tidak pernah mendengar Silat indonesia menginginkan untuk menyebarkan silat ke seluruh dunia karena tidak didukung penuh pemerintah jugan orang indonesia masih ada yang takut akan klaim dari negara-negara sekitar, seperti orang malaysia yang bermain angklung lalu orang indonesia bilang angklung kita diklaim malaysia, dan lain sebagainya. Ini era globalisasi dan kita sudah tidak mempunyai nasionalisme kita secara utuh, tidak perlu saya contohkan karena kita merasakannya sendiri, dari kaki hingga rambut, jika kita bilang kita sangat nasionalisme hanya karena kita membela timnas atau semacamnya, maka saya yang tolol akan mengatakan anda goblok. Pertanyaan saya pernyataan dan jawabannya adalah yang dilakukan sendiri, bukan yang terus dikatakan. Sudah sangat jelas bukan?

Semua orang punya hak, semua berhak memilih, dan terlalu naif jika kita terlalu nasionalis dengan berlebihan, semua orang berbeda kebutuhan, dan jika saya bicara taekwondo, maka saya bicara kebutuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar