Sabtu, 19 September 2015

Menikah bukan target utama hidup




Assalamualaikum wr.wb. Saya selalu merasakan bagaimana perubahan perasaan hati yang terus membuat pandangan hidup saya berbeda, salah  satunya adalah menikah.
Sebenarnya saya tidak mengerti dan tidak mau dulu mengetahui lebih dalam tentang menikah. Jika saya pikir, oh saya masih muda sekali dan tidak merasakan apa-apa tentang menikah, itu memang bullshit. Saya kadang memikirkan menikah adalah tujuan hidup seseorang, mungkin sebagian orang akan merasakan hidupnya lengkap dan terindahkan oleh cinta dalam hal menikah, dan bagi saya pribadi menikah memang sangat diharapkan untuk menjalani hidup di masa tua nanti. tapi, masa muda yang sudah menikah memang unik, terlepas dari segala keadaan yang membuat demikian.
“SAYA TIDAK MEMPERSOALKANNYA MENJADI BEBAN HIDUP”.
Maksud saya, saya tahu dan mengerti bahwa Allah SWT sudah mentakdirkan semua manusia berpasang-pasangan dan ada pula yang tidak karena (mohon maaf) meninggal sebelum menikah. Semua sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta sebelum kehidupan diciptakan. Dan untuk orang-orang yang mengerti hal itu, mereka tidak akan mempersoalkannya menjadi beban hidup. Di masa depan, menikah bukan target utama hidup saya, terdengar subjektif sekali tapi mungkin ada juga diantara kita yang berpikiran sama tentang menikah. Beberapa hal yang membuat saya memikirkan demikian adalah karena saya mengalami masa-masa sulit menggapai target dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan apapun. Mencoba menjadi pribadi yang memperbaiki setiap kesalahan dan kegagalan di masa lalu yang telah diperbuat adalah keyakinan saya pribadi untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik lagi.

Saya menyadari betapa menantangnya setiap hari dengan berbagai persoalan hidup yang bedebah ini. Oke, saya lebih banyak stres saat dihadapkan pada pilihan-pilihan hidup atau persoalan yang saya hadapi, saya masih sering mengeluh pada diri sendiri dan pengecut. Begitu banyak harapan saya pupus dan saya mencoba berharap yang lain, saya tidak begitu mengharapkan hal yang realistis untuk dicapai, saya terlalu ambisius dan gila. Harapan memang sebagian besar adalah akar dari sakit hati, dan saya tidak menyebut harapan saya adalah harapan, tapi harapan saya adalah mimpi yang bisa menjadi kenyataan, benarkan? Jadi, saya memutuskan untuk tidak banyak bacot dan tidak terlalu mendengar dan memperhatikan hal-hal yang tidak begitu penting untuk saya, persetan dengan kepentingan orang lain kepada saya, haha terdengar egois sekali! .
“saya sangat ingin menjadi orang yang ambisius dan gila kerja, sehingga jika itu terwujud, tidak butuh waktu lama untuk menikah”.
Intinya, saya memiliki khayalan saya sendiri bagaimana saat lima, atau lima belas tahun lagi saya akan menikah dengan seseorang dan saya membayangkan beberapa orang yang cocok dengan saya. Tapi, saya tidak benar-benar menjadikan menikah sebagai tujuan utama saya, prioritas saya adalah meraih segala apa yang saya inginkan nanti, dan yang tidak sempat saya dapatkan dulu.

Terimakasih dan wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar