Arsip Blog

Sabtu, 03 September 2016

Antologi puisi “MENJADI BERBEDA”

Puisi pertama :
Kesenjangan
Anda tidak bisa lihat saya
Saya menyembunyikan perasaan karena ingin
Tapi saya akan menemukan anda
Di belakang anda
Anda tidak bisa menerima saya
Saya menyembunyikan rasa karena ingin
Tapi saya akan mengikuti anda
Di belakang anda
Saya tidak bisa lihat anda
Anda menyembunyikan jejak karena ingin
Tapi anda juga ingin menghilangkannya
Di depan saya
Saya tidak bisa lebih
Anda sempurna bahkan lebih
Saya tidak bisa tidak letih
Tapi anda sempurna, anda lebih




Puisi kedua :
Jatuh
Terlentang di tengah perang
Dipancung asa yang hilang
Terpapar sinar terang
Meredup menjadi bayang-bayang
Hidupku sedikit lagi hilang
Aku terbaring
Melamun hingga pusing
Frustasi terpampang jelas di dinding sunyi
Di dalam hati
Menahan sakitnya kegagalan
Aku bilang persetan!
Semangatku terbang
Ke alam bebas bedebah!
Aku hilang arah,
Aku belum menyerah!
Aku sudah kalah tapi aku belum pasrah!
Belum




Puisi ketiga :
Racun
Pulang dengan terik cahaya-NYA
Tapi membuat kulit halusnya bercahaya
Sulit mengatakan itu gila
Jelas aku buta dan aku setara
Mungkin sedikit lagi saja lalu pergi
Aku hanya ingin jadi pelindung
Yang paling rela berkorban
Kepada yang aku inginkan

Ku berdiri disana setiap siang
Ku duduk di bawah pohon rindang
Ku tunduk pada apa yang disebut kasih
Pada waktu pertama dan satu-satunya

Mengapa kesenjangan begitu terasa?!
Mengapa kesenjangan tetap nyata?
Ku kira itu maya, maya
Sudah pasti tidak menginginkannya

Suasana yang bedebah
Ketika sebuah kisah kasih tak sampai
Waktu yang tidak begitu membuatku kacau
Momen kacau yang paling kacau
Terus berteriak di otakku
Teriakannya melewati urat saraf
Aku ingin lagi melihat
Puisi keempat :
Cerita yang terakhir

Puisi yang ku tulis di tangan kanan
Seperti tato yang tak bisa dihapuskan
Ini adalah perjudian
Selamat datang bisa jadi selamat tinggal

Jika kau sayang aku juga
Berikan segalanya untukku
Aku terlalu sibuk jadi aku tak tahu
Aku segera pulang untuk memelukmu
Ku berjanji akan bertemu
Ku benci ketergesaan
Tak ingin lagi menyakitimu
Senyumanku terhapus hari ini
Aku telah menggantinya dengan tangis

Melepaskan ikatan kita selama berapa tahun?
Di wajahmu terlihat kekecewaan dan kebanggaan
Apa itu serius? Mungkin semuanya sungguhan?
Kini kita menjauh, aku sudah muak
Dan kita tak pernah bersentuhan lagi
Mungkin kau tersenyum dilain waktu
Aku hanya bisa mencoba, jadi aku berdo’a
Karena aku menyayangimu




Puisi kelima :
Tak ada lagi harapan persetan
Ini kekuatan yang tidak aku harapkan
Aku pun tak menyangka
Kebenaran yang tak ku inginkan
Aku pun tak sadar
Aku suka pada orang yang tak menganggapku teman
Apa itu oke? Ya

Setinggi bintang ! setinggi itu aku bermimpi
Secepat cahay ku renungi
Selama kaki masih bisa berdiri
Aku akan menjadi......

Jadi ini sungguhan? Ya
Terkadang melupakan seseorang yang disuka
Semudah membalikkan telapak tangan
Percayalah, filosofi hidupku tak terlalu berantakan
Aku ingin apa yang aku inginkan
Jika orang menganggapku idiot
Kadang-kadang ada benarnya juga
Tapi saat ku bermimpi
Mimpiku kuat
Sejauh bintang, sejauh itu aku bermimpi
Secepat kilat ku renungkan
Selamat, kaki masih bisa berdiri
Aku akan menjadi dan menjadi...



Keenam :

Ingin mati

Hidup perlu mati untuk membuatnya berharga
Hidup begitu penting karena kita begitu bodoh
Jika ada opsi untuk hidup
Entah 51 tahun lagi atau 15 tahun lagi
Aku lebih memilih 15 tahun lagi
Tidak perlu banyak berharap
Harapan adalah akar dari segala sakit hati




Ketujuh :

Kegilaan

Aku kehabisan obat, dan aku gila
Aku butuh obat supaya tidak menggila
Semoga ini sesaat karena saat aku gila
Lima belas dan rileks, sedikit saja
Aku hampir habis darah dan aku hampir mati
Aku tidak akan berhenti untuk ketiga kali
Aku masih butuh obat dan aku sakau
Aku sakau, aku sakau




Kedelapan :

Manusia penuh omong kosong

Kenapa rumput terbakar?
Tanya saja
Tanya saja pada rumput yang terbakar
Karena rumput tidak akan pernah berbohong

Jangan tanya manusia, manusia bedebah

oleh yofansalim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar