Puisi pertama
:
Kesenjangan
Anda tidak bisa lihat saya
Saya menyembunyikan perasaan
karena ingin
Tapi saya akan menemukan anda
Di belakang anda
Anda tidak bisa menerima saya
Saya menyembunyikan rasa karena
ingin
Tapi saya akan mengikuti anda
Di belakang anda
Saya tidak bisa lihat anda
Anda menyembunyikan jejak karena
ingin
Tapi anda juga ingin
menghilangkannya
Di depan saya
Saya tidak bisa lebih
Anda sempurna bahkan lebih
Saya tidak bisa tidak letih
Tapi anda sempurna, anda lebih
Puisi kedua :
Jatuh
Terlentang di tengah perang
Dipancung asa yang hilang
Terpapar sinar terang
Meredup menjadi bayang-bayang
Hidupku sedikit lagi hilang
Aku terbaring
Melamun hingga pusing
Frustasi terpampang jelas di
dinding sunyi
Di dalam hati
Menahan sakitnya kegagalan
Aku bilang persetan!
Semangatku terbang
Ke alam bebas bedebah!
Aku hilang arah,
Aku belum menyerah!
Aku sudah kalah tapi aku belum
pasrah!
Belum
Puisi ketiga :
Racun
Pulang dengan terik cahaya-NYA
Tapi membuat kulit halusnya
bercahaya
Sulit mengatakan itu gila
Jelas aku buta dan aku setara
Mungkin sedikit lagi saja lalu
pergi
Aku hanya ingin jadi pelindung
Yang paling rela berkorban
Kepada yang aku inginkan
Ku berdiri disana setiap siang
Ku duduk di bawah pohon rindang
Ku tunduk pada apa yang disebut
kasih
Pada waktu pertama dan
satu-satunya
Mengapa kesenjangan begitu
terasa?!
Mengapa kesenjangan tetap nyata?
Ku kira itu maya, maya
Sudah pasti tidak menginginkannya
Suasana yang bedebah
Ketika sebuah kisah kasih tak
sampai
Waktu yang tidak begitu membuatku
kacau
Momen kacau yang paling kacau
Terus berteriak di otakku
Teriakannya melewati urat saraf
Aku ingin lagi melihat
Puisi keempat :
Cerita yang terakhir
Puisi yang ku tulis di tangan
kanan
Seperti tato yang tak bisa
dihapuskan
Ini adalah perjudian
Selamat datang bisa jadi selamat
tinggal
Jika kau sayang aku juga
Berikan segalanya untukku
Aku terlalu sibuk jadi aku tak
tahu
Aku segera pulang untuk memelukmu
Ku berjanji akan bertemu
Ku benci ketergesaan
Tak ingin lagi menyakitimu
Senyumanku terhapus hari ini
Aku telah menggantinya dengan
tangis
Melepaskan ikatan kita selama
berapa tahun?
Di wajahmu terlihat kekecewaan
dan kebanggaan
Apa itu serius? Mungkin semuanya
sungguhan?
Kini kita menjauh, aku sudah muak
Dan kita tak pernah bersentuhan
lagi
Mungkin kau tersenyum dilain
waktu
Aku hanya bisa mencoba, jadi aku
berdo’a
Karena aku menyayangimu
Puisi kelima :
Tak ada lagi harapan
persetan
Ini kekuatan yang tidak aku
harapkan
Aku pun tak menyangka
Kebenaran yang tak ku inginkan
Aku pun tak sadar
Aku suka pada orang yang tak
menganggapku teman
Apa itu oke? Ya
Setinggi bintang ! setinggi itu
aku bermimpi
Secepat cahay ku renungi
Selama kaki masih bisa berdiri
Aku akan menjadi......
Jadi ini sungguhan? Ya
Terkadang melupakan seseorang
yang disuka
Semudah membalikkan telapak
tangan
Percayalah, filosofi hidupku tak
terlalu berantakan
Aku ingin apa yang aku inginkan
Jika orang menganggapku idiot
Kadang-kadang ada benarnya juga
Tapi saat ku bermimpi
Mimpiku kuat
Sejauh bintang, sejauh itu aku
bermimpi
Secepat kilat ku renungkan
Selamat, kaki masih bisa berdiri
Aku akan menjadi dan menjadi...
Keenam :
Ingin mati
Hidup perlu mati untuk membuatnya
berharga
Hidup begitu penting karena kita
begitu bodoh
Jika ada opsi untuk hidup
Entah 51 tahun lagi atau 15 tahun
lagi
Aku lebih memilih 15 tahun lagi
Tidak perlu banyak berharap
Harapan adalah akar dari segala
sakit hati
Ketujuh :
Kegilaan
Aku kehabisan obat, dan aku gila
Aku butuh obat supaya tidak
menggila
Semoga ini sesaat karena saat aku
gila
Lima belas dan rileks, sedikit
saja
Aku hampir habis darah dan aku
hampir mati
Aku tidak akan berhenti untuk
ketiga kali
Aku masih butuh obat dan aku
sakau
Aku sakau, aku sakau
Kedelapan :
Manusia penuh omong kosong
Kenapa rumput terbakar?
Tanya saja
Tanya saja pada rumput yang
terbakar
Karena rumput tidak akan pernah
berbohong
Jangan tanya manusia, manusia
bedebah
oleh yofansalim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar